Sahabat Nabi, dari kata shahabah (ash-shahaabah,
الصحابه) adalah mereka yang mengenal dan melihat langsung Nabi Muhammad
SAW, membantu perjuangannya dan meninggal dalam keadaan Muslim.
"Ash-Shabi (sahabat) ialah orang yang bertemu dengan
Rasulullah SAW, beriman kepada beliau dan meninggal dalam keadaan Islam"[1]
Kebanyakan muslim mendefinisikan
para sahabat sebagai mereka yang mengenal Nabi Muhammad
SAW, mempercayai ajarannya, dan meninggal dalam keadaan Islam. Para
sahabat utama yang biasanya disebutkan hingga 50 sampai 60 nama, yakni mereka
yang sangat dekat dengan Nabi Muhammad SAW. Sahabat disebut pula murid Nabi
Muhammad.
Identifikasi terhadap sahabat nabi,
termasuk status dan tingkatannya merupakan hal yang penting dalam dunia Islam
karena dapat digunakan untuk mengevaluasi keabsahan suatu hadits maupun
perbuatan Nabi yang diriwayatkan oleh mereka.
Tingkatan Sahabat
Menurut al-Hakim
dalam Mustadrak, Sahabat
terbagi dalam beberapa tingkatan, yaitu:
Abdullah bin Umar bin
Khattab (bahasa Arab: عبد الله بن عمربن الخطاب) atau sering disebut Abdullah bin Umar atau Ibnu Umar saja (lahir 612 - wafat 693/696 atau 72/73 H)
adalah seorang sahabat
Nabi dan merupakan periwayat hadits yang
terkenal. Ia adalah anak dari Umar bin Khattab, salah seorang sahabat utama Nabi Muhammad dan Khulafaur
Rasyidin yang kedua
Biografi
Ibnu Umar masuk
Islam bersama ayahnya saat ia masih kecil, dan ikut hijrah ke Madinah
bersama ayahnya. Pada usia 13 tahun ia ingin menyertai ayahnya dalam Perang Badar, namun Rasulullah menolaknya. Perang pertama yang diikutinya adalah Perang Khandaq. Ia ikut berperang bersama Ja'far
bin Abu Thalib dalam Perang Mu'tah, dan turut pula dalam pembebasan kota Makkah (Fathu
Makkah). Setelah Nabi Muhammad meninggal, ia ikut dalam Perang Yarmuk dan dalam penaklukan Mesir serta daerah
lainnya di Afrika.
Khalifah Utsman bin Affan pernah menawari Ibnu Umar untuk menjabat sebagai
hakim, tapi ia tidak mau menerimanya. Setelah Utsman terbunuh, sebagian kaum
muslimin pernah berupaya membai'atnya menjadi khalifah, tapi ia juga
menolaknya. Ia tidak ikut campur dalam pertentangan antara Ali
bin Abi Thalib dan Muawiyah
bin Abu Sufyan. Ia cenderung menjauhi
dunia politik, meskipun ia sempat terlibat konflik dengan Abdullah
bin Zubair yang pada saat itu telah
menjadi penguasa Makkah.
Periwayat hadits
Ibnu Umar adalah
seorang yang meriwayatkan hadist terbanyak kedua setelah Abu Hurairah, yaitu sebanyak 2.630 hadits, karena ia selalu mengikuti kemana Rasulullah pergi.
Bahkan Aisyah istri Rasulullah pernah memujinya dan berkata :"Tak seorang pun mengikuti
jejak langkah Rasulullah di tempat-tempat pemberhentiannya, seperti yang telah
dilakukan Ibnu Umar". Ia bersikap sangat berhati-hati dalam meriwayatkan
hadist Nabi. Demikian pula dalam mengeluarkan fatwa, ia senantiasa mengikuti
tradisi dan sunnah
Rasulullah, karenanya ia tidak mau melakukan ijtihad.
Biasanya ia memberi fatwa pada musim haji, atau pada
kesempatan lainnya. Di antara para Tabi'in,
yang paling banyak meriwayatkan darinya ialah Salim dan hamba sahayanya, Nafi'.
Pujian dari Sahabat
Kesalehan Ibnu
Umar sering mendapatkan pujian dari kalangan sahabat Nabi dan kaum muslimin
lainnya. Jabir bin Abdullah
berkata: " Tidak ada di antara kami disenangi oleh dunia dan dunia senang
kepadanya, kecuali Umar
dan putranya Abdullah." Abu Salamah bin Abdurrahman mengatakan: "Ibnu
Umar meninggal dan keutamaannya sama seperti Umar. Umar hidup pada masa banyak
orang yang sebanding dengan dia, sementara Ibnu Umar hidup pada masa yang tidak
ada seorang pun yang sebanding dengan dia".
Ibnu Umar adalah
seorang pedagang sukses dan kaya raya, tetapi juga banyak berderma. Ia hidup
sampai 60 tahun setelah wafatnya Rasulullah. Ia kehilangan pengelihatannya pada
masa tuanya.
Abdurrahman bin
Auf berasal dari Bani Zuhrah. Salah seorang sahabat Nabi lainnya, yaitu Sa'ad
bin Abi Waqqas, adalah saudara
sepupunya. Abdurrahman juga adalah suami dari saudara seibu Utsman bin Affan, yaitu anak perempuan dari Urwa bint Kariz (ibu
Utsman) dengan suami keduanya.
Kaum muslimin pada
umumnya menganggap bahwa Abdurrahman adalah salah seorang dari Sepuluh Orang
yang Dijamin Masuk Surga.
Abu Bakar Ash-Shiddiq
"Abu Bakar" beralih ke
halaman ini. Untuk kegunaan lain dari Abu Bakar, lihat Abu
Bakar (disambiguasi).
Abu
Bakar (bahasa Arab: أبو بكر الصديق, Abu Bakr ash-Shiddiq) (lahir: 572 - wafat: 23 Agustus634/21 Jumadil Akhir 13 H) termasuk di antara mereka yang
paling awal memeluk Islam. Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi khalifah
Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 M. Lahir dengan nama Abdullah
bin Abi Quhafah, ia adalah satu di antara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi petunjuk. .
Abu Bakar Ash-Shidiq Nama lengkapnya adalah 'Abd Allah ibn 'Utsman bin Amir bi
Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin
Fihr al-Quraishi at-Tamimi'. Bertemu nasabnya dengan nabi SAW pada kakeknya
Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Dan ibu dari abu Bakar adalah Ummu al-Khair salma
binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya
sama-sama dari kabilah bani Taim.
Abu
Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya adalah Abdul
Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Muhammad menjadi
Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Muhammad
memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya 'yang berkata benar') setelah Abu Bakar
membenarkan peristiwa Isra Miraj
yang diceritakan oleh Muhammad kepada para pengikutnya, sehingga ia lebih
dikenal dengan nama "Abu Bakar ash-Shiddiq".
Abu Dzar Al-Ghifari
Abu Dzar berasal
dari sukuGhifar (dikenal
sebagai penyamun pada masa sebelum datangnya Islam). Ia memeluk
Islam dengan sukarela, ia salah satu sahabat yang terdahulu dalam memeluk
Islam. Ia mendatangi Nabi Muhammad langsung ke Mekkah untuk
menyatakan keislamannya.
Setelah menyatakan
keislamannya, ia berkeliling Mekkah untuk meneriakkan bahwa ia seorang Muslim, hingga ia
dipukuli oleh suku Quraisy. Atas bantuan dari Abbas
bin Abdul Muthalib, ia dibebaskan
dari suku Quraisy, setalah suku Quraisy mengetahui bahwa orang yang dipukuli
berasal dari suku Ghifar. Ia mengikuti hampir seluruh pertempuran-pertempuran
selama Nabi Muhammad hidup.
Orang-orang yang
masuk Islam melalui dia, adalah : Ali-al-Ghifari, Anis al-Ghifari, Ramlah
al-Ghifariyah.
Dia dikenal sangat
setia kepada Rasulullah. Kesetiaan itu misalnya dibuktikan sosok sederhana ini
dalam satu perjalanan pasukan Muslim menuju medan Perang Tabuk melawan
kekaisaran Bizantium. Karena keledainya lemah, ia rela berjalan kaki seraya
memikul bawaannya. Saat itu sedang terjadi puncak musim panas yang sangat
menyayat.
Dia keletihan dan
roboh di hadapan Nabi SAW. Namun Rasulullah heran kantong airnya masih penuh.
Setelah ditanya mengapa dia tidak minum airnya, tokoh yang juga kerap
mengkritik penguasa semena-mena ini mengatakan, "Di perjalanan saya
temukan mata air.
Saya minum air itu
sedikit dan saya merasakan nikmat. Setelah itu, saya bersumpah tak akan minum
air itu lagi sebelum Nabi SAW meminumnya." Dengan rasa haru, Rasulullah
berujar, "Engkau datang sendirian, engkau hidup sendirian, dan engkau akan
meninggal dalam kesendirian.
Tapi serombongan
orang dari Irak yang saleh kelak akan mengurus pemakamanmu." Abu Dzar Al
Ghifary, sahabat setia Rasulullah itu, mengabdikan sepanjang hidupnya untuk
Islam.
Sebelum Masuk Islam
Tidak diketahui
pasti kapan Abizar lahir. Sejarah hanya mencatat, ia lahir dan tinggal dekat
jalur kafilah Mekkah, Syria. Riwayat hitam masa lalu Abizar tak lepas dari
keberadaan keluarganya.
Abizar yang
dibesarkan di tengah-tengah keluarga perampok besar Al Ghiffar saat itu,
menjadikan aksi kekerasan dan teror untuk mencapai tujuan sebagai profesi
keseharian. Itu sebabnya, Abizar yang semula bernama Jundab, juga dikenal
sebagai perampok besar yang sering melakukan aksi teror di negeri-negeri di
sekitarnya.
Kendati demikian,
Jundab pada dasarnya berhati baik. Kerusakan dan derita korban yang disebabkan
oleh aksinya kemudian menjadi titik balik dalam perjalanan hidupnya: Insyaf dan
berhenti dari aksi jahatnya tersebut. Bahkan tak saja ia menyesali segala
perbuatan jahatnya itu, tapi juga mengajak rekan-rekannya mengikuti jejaknya.
Tindakannya itu menimbulkan amarah besar sukunya, yang memaksa Jundab
meninggalkan tanah kelahirannya.
Bersama ibu dan saudara
lelakinya, Anis Al Ghifar, Abizar hijrah ke Nejed Atas, Arab Saudi. Ini
merupakan hijrah pertama Abizar dalam mencari kebenaran. Di Nejed Atas, Abizar
tak lama tinggal. Sekalipun banyak ide-idenya dianggap revolusioner sehingga
tak jarang mendapat tentangan dari masyarakat setempat.
Abu Hurairah
Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi (bahasa Arab: عبدالرحمن بن صخر الأذدي) (lahir 598 - wafat 678), yang lebih
dikenal dengan panggilan Abu Hurairah (bahasa Arab: أبو هريرة),
adalah seorang Sahabat
Nabi yang terkenal dan merupakan
periwayat hadits
yang paling banyak disebutkan dalam isnad-nya oleh kaum IslamSunni.
Ibnu Hisyam berkata bahwa nama asli Abu Hurairah adalah Abdullah bin Amin
dan ada pula yang mengatakan nama aslinya ialah Abdur Rahman bin Shakhr.[1]
Abu Ubaidah bin al-Jarrah
Abu Ubaidah bin
al-Jarrah adalah Muhajirin dari kaum QuraisyMekkah
yang termasuk paling awal untuk memeluk agamaIslam. Ia ikut
berhijrah ke Habasyah (saat ini Ethiopia)
dan kemudian, Ia hijrah ke Madinah. Ia mengikuti setiap pertempuran dalam membela Islam.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad, Ia merupakan salah satu calon Khalifah
bersama dengan Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
Setelah
terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah, Beliau ditunjuk untuk menjadi panglima
perang memimpin pasukan Muslim untuk berperang melawan Kekaisaran Romawi. Ia
meninggal disebabkan oleh wabah penyakit.
Ali bin Abi Thalib
‘Alī bin Abī
Thālib (Arab:
عليبنأﺑﻲطالب,
Persia: علیپسرابوطالب) (lahir sekitar 13 Rajab 23 Pra
Hijriah/599 –
wafat 21 Ramadan
40 Hijriah/661),
adalah salah seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad.
Menurut Islam Sunni,
ia adalah Khalifah terakhir dari Khulafaur
Rasyidin. Sedangkan Syi'ah
berpendapat bahwa ia adalah Imam sekaligus Khalifah
pertama yang dipilih oleh Rasulullah Muhammad SAW. Uniknya meskipun Sunni tidak
mengakui konsep Imamah mereka setuju memanggil Ali dengan sebutan Imam,
sehingga Ali menjadi satu-satunya Khalifah
yang sekaligus juga Imam. Ali adalah sepupu dari Muhammad, dan setelah menikah
dengan Fatimah
az-Zahra, ia menjadi menantu Muhammad.